TEORIA DEZENVOLVEMENTU
Teori
Pembangunan dibagi menjadi 3 teori, antara lain teori modernisasi, dependensi
dan teori dunia. tiga teori pembangunan tersebut antara lain adalah:
A. TEORI MODERNISASI
Perspektif teori Modernisasi Klasik menyoroti bahwa negara
Dunia Ketiga merupakan negara terbelakang dengan masyarakat
tradisionalnya. Sementara negara-negara Barat dilihat sebagai negara
modern. aliran modernisasi memiliki ciri-ciri dasar antara lain: ”Sumber
perubahan adalah dari dalam atau dari budaya masyarakat itu sendiri (internal
resources) bukan ditentukan unsur luar”. Modernisasi diartikan sebagai
proses transformasi. Dalam rangka mencapai status modern, struktur dan
nilai-nilai tradisional secara total diganti dengan seperangkat struktur dan
nilai-nilai modern. Modernisasi merupakan proses sistematik. Modernisasi
melibatkan perubahan pada hampir segala aspek tingkah laku sosial, termasuk di
dalamnya industrialisasi, diferensiasi, sekularisasi, sentralisasi dsb.
Ciri-ciri pokok teori modernisasi:
- Modernisasi merupakan proses bertahap.
- Modernisasi juga dapat dikatakan sebagai proses homogenisasi.
- Modernisasi terkadang mewujud dalam bentuk lahirnya, sebagai proses Eropanisasi dan Amerikanisasi, atau modernisasi sama dengan Barat.
- Modernisasi juga dilihat sebagai proses yang tidak bergerak mundur.
- Modernisasi merupakan perubahan progresif
- Modernisasi memerlukan waktu panjang. Modernisasi dilihat sebagai proses evolusioner, dan bukan perubahan revolusioner.
Tokoh-tokoh teori modernisasi:
a. Harrod-Domar
Bependapat bahwa masalah pembangunan
pada dasarnya merupakan masalah menambahkan investasi modal. Prinsip dasar :
kekurangan modal, tabungan dan investasi menjadi masalah utama pembangunan.
b. Walt .W. Rostow
Teori Pertumbuhan Tahapan Linear ( linear-stages-of
growth- models) proses pembangunan bergerak dalam sebuah garis lurus yakni
masyarakat yang terbelakang ke masyarakat yang maju dengan tahap2 sebagai
berikut:
1. Masyarakat Tradisional è masyarakat
pertanian. Ilmu pengetahuan masih belum banyak dikuasai.
2. Prakondisi untuk Lepas Landas è masyarakat
tradisional terus bergerak walaupun sangat lambat dan pada suatu titik akan
mencapai posisi pra-kondisi untuk lepas landas.. contoh adanya campur
tangan u/ meningkatkan tabungan masyarakat terjadi, dimana tabungan tsb
dimanfaatkan u/ sektor2 produktif yang menguntungkan. Misal Pendidikan
3. Lepas Landas è ditandai dengan
tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi. Tabungan
dan investasi yang efektif meningkat dari 5%-10 %.
4. Bergerak ke Kedewasaan è teknologi
diadopsi secara meluas.
5. Jaman Konsumsi Masal yang Tinggi è
Pada tahap ini pembangunan sudah berkesinambungan
c. David McClelland
Teori: need for Achievement (n-Ach).
kebutuhan atau dorongan berprestasi, dimana mendorong proses pembangunan
berarti membentuk manusia wiraswasta dengan n.ach yang tinggi. Cara pembentukanya
melalui pendidikan individu ketika seseorang masih kanak-kanak di lingkungan
keluarga.
d. Max Weber
Hasil analisis: salah satu penyebab
utamanya adalah “Etika Protestan”. Etika Protestan:
·
Lahir
melalui agama Protestan yg dikembangkan oleg Calvin
·
Keberhasilan
kerja di dunia akan menentukan seseorang masuk surga/neraka.
·
Berdasarkan
kepercayaan tsb kemudian mereka bekerja keras u/ menghilangkan kecemasan. Sikap
inilah yg diberi nama “etika protestan”.
e. Bert F. Hoselitz
Membahas faktor-faktor non ekonomi
yg ditinggalkan Rostow yang disebut faktor “kondisi lingkungan”. Kondisi
lingkungan maksudnya adalah perubahan-perubahan pengaturan kelembagaan yg
terjadi dalam bidang hukum, pendidikan, keluarga, dan motivasi.
f. Alex Inkeles & David H. Smith
Ciri-ciri manusia modern:
v Keterbukaan thd pengalaman dan ide
baru
v Berorientasi ke masa sekarang dan
masa depan
v Punya kesanggupan merencanakan
v Percaya bahwa manusia bisa menguasai
alam
Bila dalam teori Modernisasi Klasik, tradisi dianggap
sebagai penghalang pembangunan, dalam teori Modernisasi Baru, tradisi dipandang
sebagai faktor positif pembangunan. Teori Modernisasi, klasik maupun baru,
melihat permasalahan pembangunan lebih banyak dari sudut kepentingan Amerika
Serikat dan negara maju lainnya.
B. TEORI
DEPENDENSI
Teori Dependensi lebih menitik beratkan pada persoalan keterbelakangan dan
pembangunan negara Dunia Ketiga. Munculnya teori dependensi lebih
merupakan kritik terhadap arus pemikiran utama persoalan pembangunan yang
didominasi oleh teori modernisasi. Teori ini mencermati hubungan dan
keterkaitan negara Dunia Ketiga dengan negara sentral di Barat sebagai hubungan
yang tak berimbang dan karenanya hanya menghasilkan akibat yang akan merugikan
Dunia Ketiga. Negara sentral di Barat selalu dan akan menindas negara Dunia
Ketiga dengan selalu berusaha menjaga aliran surplus ekonomi dari negara
pinggiran ke negara sentral.
Teori ini berpangkal pada filsafat materialisme yang
dikembangkan Karl Marx. Salah satu kelompok teori yang tergolong teori
struktiral ini adalah teori ketergantungan yang lahir dari 2 induk, yakni
seorang ahli pemikiran liberal Raul Prebiesch dan seorang pemikir marxis yang
merevisi pandangan marxis tentang cara produksi Asia yaitu, Paul Baran.
- Raul Prebisch : industri substitusi import. Menurutnya negara-negara terbelakang harus melakukan industrialisasi yang dimulai dari industri substitusi impor.
- Paul Baran: sentuhan yang mematikan dan kretinisme. Baginya perkembangan kapitalisme di negara-negara pinggiran beda dengan kapitalisme di negara-negara pusat. Di negara pinggiran, system kapitalisme seperti terkena penyakit kretinisme yang membuat orang tetap kerdil.
Ada 2 tokoh yang membahas dan menjabarkan pemikirannya
sebagai kelanjutan dari tokoh-tokoh di atas, yakni:
- Andre Guner Frank : pembangunan keterbelakangan. Bagi Frank keterbelakangan hanya dapat diatasi dengan revolusi, yakni revolusi yang melahirkan sistem sosialis.
- Theotonia De Santos : Membantah Frank. Menurutnya ada 3 bentuk ketergantungan, yakni:
a. Ketergantungan Kolonial: hubungan
antar penjajah dan penduduk setempat bersifat eksploitatif.
b. Ketergantungan Finansial-
Industri: pengendalian dilakukan melalui kekuasaan ekonomi dalam bentuk kekuasaan
financial-industri.
c. Ketergantungan
Teknologis-Industrial: penguasaan terhadap surplus industri dilakukan melalui
monopoli teknologi industri.
3.
TEORI SISTEM DUNIA
teori sistem dunia yang dikemukakan oleh Immanuel Wallerstein. Hal ini
dikarenakan bahwa dalam suatu sistem sosial perlu dilihat bagian-bagian secara
menyeluruh dan keberadaan negara-negara dalam dunia internasional tidak boleh
dikaji secara tersendiri karena ia bukan satu sistem yang tertutup. Teori ini
berkeyakinan bahwa tak ada negara yang dapat melepaskan diri dari ekonomi
kapitalis yang mendunia. Wallerstein menyatakan sistem dunia modern adalah
sistem ekonomi kapitalis.
Menurut
Wallerstein, sistem dunia kapitalis dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu
- negara core atau pusat, è mengambil keuntungan yang paling banyak, karena kelompok ini dapat memanipulasikan sistem dunia sampai batas-batas tertentu
- semi-periferi atau setengah pinggiran è mengambil keuntungan dari negara-negara pinggiran yang merupakan pihak yang paling dieksploitir
- negara periferi atau pinggiran.
Menurut Wallerstein negara-negara dapat “naik atau turun
kelas,” misalanya dari negara pusat menjadi negara setengah pinggiran dan
kemudian menjadi negara pinggiran, dan sebaliknya. Naik dan turun kelasnya
negara ini ditentukan oleh dinamika sistem dunia. Pernah suatu saat Inggeris,
Belanda, dan Perancis adalah negara pusat yang berperan dominan dalam sistem
dunia, namun kemudian Amerika Serikat muncul menjadi negara terkuat (pusat)
seiring hancurnya negara-negara Eropa dalam Perang Dunia II.
Wallerstein
merumuskan tiga strategi bagi terjadinya proses kenaikan kelas, yaitu:
- Kenaikan kelas terjadi dengan merebut kesempatan yang datang. Sebagai misal negara pinggiran tidak lagi dapat mengimpor barang-barang industri oleh karena mahal sedangkan komiditi primer mereka murah sekali, maka negara pinggiran mengambil tindakan yang berani untuk melakukan industrialisasi substitusi impor. Dengan ini ada kemungkinan negara dapat naik kelas dari negara pinggiran menjadi negara setengah pinggiran.
- Kenaikan kelas terjadi melalui undangan. Hal ini terjadi karena perusahaan-perusahaan industri raksasa di negara-negara pusat perlu melakukan ekspansi ke luar dan kemudian lahir apa yang disebut dengan MNC. Akibat dari perkembangan ini, maka muncullah industri-industri di negara-negara pinggiran yang diundang oleh oleh perusahaan-perusahaan MNC untuk bekerjasama. Melalui proses ini maka posisi negara pinggiran dapat meningkat menjadi setengah pinggiran.
- Kenaikan kelas terjadi karena negara menjalankan kebijakan untuk memandirikan negaranya. Sebagai misal saat ini dilakukan oleh Peru dan Chile yang dengan berani melepaskan dirinya dari eksploitasi negara-negara yang lebih maju dengan cara menasionalisasikan perusahaan-perusahaan asing. Namun demikian, semuanya ini tergantung pada kondisi sistem dunia yang ada, apakah pada saat negara tersebut mencoba memandirikan dirinya, peluang dari sistem dunia memang ada. Jika tidak, mungkin dapat saja gagal.
Perbandingan
antara Teori Dependensi dan Teori Sistem Dunia
Elemen
Perbandingan
|
Teori
Dependensi
|
Teori
Sistem
Dunia
|
Unit
Analisis
|
Negara-Bangsa
|
Sistem
dunia
|
Metode
Kajian
|
Historis
struktural
|
Dinamika
sejarah dunia
|
Struktur
Teori
|
Dua
kutub
(sental-pinggiran)
|
Tiga
kutub
(sentral-semi pinggiran-pinggiran)
|
Arah
Pembangunan
|
Deterministik
|
Peluang
terjadinya mobilitas
|
Arena
Kajian
|
Negara
pinggiran
|
Negara
pinggiran, negara semi pinggiran dan sistem ekonomi dunia
|
Komentar
Posting Komentar